Pages

Subscribe:

Jumat, 28 Oktober 2011

Popularitas Partai Demokrat Turun

JAKARTA, KOMPAS.com — Beberapa survei akhir-akhir ini yang menunjukkan menurunnya tingkat popularitas Partai Demokrat dianggap wajar. Partai Demokrat dihukum oleh pemilih karena mereka berkampanye soal antikorupsi, tetapi pada kenyataannya petinggi partai itu justru terlibat kasus korupsi.
Ahli komunikasi politik dari Universitas Indonesia, Effendi Ghazali, kepada Kompas di Jakarta, Jumat (28/10/2011), mengatakan, penurunan tingkat keterpilihan atau elektabilitas Partai Demokrat dalam berbagai survei wajar jika melihat rekam jejak partai itu.
Menurut Effendi, Partai Demokrat mengaku partai yang bersih dan memberantas korupsi, tetapi ketika petingginya, mantan bendahara umum partai tersebut, Muhammad Nazaruddin, diduga terlibat kasus korupsi, perlu waktu lama untuk memutus hubungan.
Belum lagi, lanjut Effendi, dalam kampanye dan iklan partai yang ditayangkan berulang-ulang di media, Partai Demokrat menempatkan diri sebagai partai antikorupsi.
"Bahkan sampai ada iklan katakan tidak pada korupsi, sampai berulang-ulang, sehingga lahir ekspektasi yang tinggi pada mereka," katanya.
Oleh karena itu, ungkap Effendi, sekali Partai Demokrat melakukan persoalan yang ada kaitannya dengan korupsi, walaupun tidak langsung (oleh oknum dari partai itu), dan partainya tidak mengambil tindakan tegas, jatuhnya lebih dalam lagi.
Ia menyebutkan, bukan hanya Partai Demokrat yang terkena serangan balik akibat jualan atau kampanye partainya sendiri. Dia mencontohkan, publik juga terpengaruh ketika mantan anggota DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Arifinto, ketahuan sedang membuka gambar pornografi melalui gadget yang dipakainya.
Effendi mengatakan, ekspektasi publik bisa berbalik ketika ternyata partai yang diharapkan justru melakukan hal yang sebaliknya.
"Kasus anggota DPR dari PKS yang buka-buka iPad itu menjadi besar karena PKS yang punya harapan partai bersih, agamis, dan lain-lain. Kalau dilakukan oleh partai lain, mungkin berbeda, publik mungkin hanya bilang, 'Wah ini partai nasionalis bukan partai religius'," kata Effendi.

0 komentar:

Posting Komentar